Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panik atau Konsolidasi? Harga Bitcoin Terkoreksi di Bawah US$100.000 Usai Shutdown AS Berakhir!

Panik atau Konsolidasi? Harga Bitcoin Terkoreksi di Bawah US$100.000 Usai Shutdown AS Berakhir! - Pasar aset kripto kembali bergejolak. Setelah sempat stabil di level psikologis, harga Bitcoin (BTC) terkoreksi tajam dan turun di bawah level support utama, kini berada di kisaran US$96.000. 

Koreksi ini terjadi meskipun Pemerintah Amerika Serikat (AS) secara resmi kembali beroperasi penuh setelah Presiden Donald Trump menandatangani rancangan anggaran yang mengakhiri shutdown selama 43 hari pada Rabu malam (13/11) waktu setempat.

Panik atau Konsolidasi? Harga Bitcoin Terkoreksi di Bawah US$100.000 Usai Shutdown AS Berakhir!


Penandatanganan ini mengakhiri shutdown terpanjang dalam sejarah AS dan memulihkan pendanaan federal hingga 30 Januari 2026. Dengan kembalinya lembaga-lembaga vital seperti SEC dan CFTC bekerja, pasar seharusnya bereaksi positif. Namun, kondisi kali ini berbeda, BTC justru berada di bawah tekanan, memicu pertanyaan besar: Apa penyebab koreksi ini?

Baca juga:Monster XKT10 Review: TWS Futuristik Bersuara Mantap!

Faktor Makro Mendominasi: Tekanan Inflasi dan Ketidakpastian The Fed

Koreksi harga Bitcoin di bawah US$100.000 ternyata lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi yang bersifat eksternal, bukan sekadar urusan politik dalam negeri AS:

Gangguan Data Ekonomi: Shutdown yang berkepanjangan telah menyebabkan gangguan pada proses pengumpulan dan perilisan data ekonomi penting, termasuk Consumer Price Index (CPI) dan laporan pekerjaan untuk bulan Oktober 2025. Data terakhir yang tersedia (September 2025) menunjukkan tingkat inflasi tahunan AS naik menjadi 3%, tertinggi sejak Januari 2025.

Ketidakpastian Suku Bunga: Data CPI yang tertunda tersebut masih menjadi acuan utama bagi The Fed. Alhasil, ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga masih menjadi faktor utama yang menentukan pergerakan harga Bitcoin.

Antony Kusuma, Vice President INDODAX, menyampaikan bahwa fluktuasi harga saat ini harus dilihat sebagai konsolidasi pasar menuju fase pematangan, bukan kepanikan.

“Kebijakan suku bunga The Fed memiliki imbas terhadap pergerakan harga Bitcoin. Selama arah kebijakan moneter masih belum pasti, volatilitas pasar akan tetap tinggi karena investor cenderung menunggu kejelasan sebelum kembali masuk,” ujar Antony.

Fokus Pasar Bergeser ke Regulasi Kripto

Dengan kembalinya regulator utama seperti SEC dan CFTC bekerja penuh, perhatian pasar mulai bergeser dari hiruk pikuk politik ke arah kejelasan regulasi kripto yang lebih terarah, seperti proses persetujuan ETF Kripto dan kelanjutan pembahasan regulasi stablecoin.

Kondisi ini, menurut Antony, justru bisa menjadi fondasi penting bagi perkembangan industri kripto dalam jangka panjang, meskipun tekanan inflasi masih perlu dicermati.

“Sinyal pemangkasan suku bunga di bulan Desember nantinya bisa menjadi titik balik penting, sebab perubahan arah kebijakan moneter berpotensi membuka ruang pemulihan harga di pasar kripto global,” tambahnya.

Antony Kusuma berpesan kepada investor: "Penurunan harga Bitcoin dipengaruhi oleh beberapa faktor makro yang bersifat eksternal. Volatilitas saat ini tidak perlu disikapi dengan kepanikan. Koreksi semacam ini adalah bagian dari mekanisme pasar, dan setiap investor perlu meninjau kembali strategi investasi jangka panjang sesuai profil risiko masing-masing."

Anda mungkin suka:Asus Vivobook 14 M1405YA Review, Laptop Anti Ngelag untuk Kerja dan Belajar

Post a Comment for "Panik atau Konsolidasi? Harga Bitcoin Terkoreksi di Bawah US$100.000 Usai Shutdown AS Berakhir!"